Hari ini adalah terakhir aku melaksanakan amanahku di
organisasi kampus. Meski tak sempurna kulaksanakan, meski masih banyak kuliat
adik-adikku yg memendam rasa kecewa padaku krn aku jarang membersamai mereka. Tapi
aku sudah lega.
Kenapa? Setidaknya mereka berbeda denganku. Agenda hari ini
sama persis dengan agenda yg pernah kulakukan waktu di kepengurusan organisasi awal.
Dan aku selalu sedih bila mengingatnya.
Menghadiri acara tersebut sebagai SC, lalu mengamati
adik-adik tingkatku yg menjadi panitia, selalu seperti meliat flashback
perjuangan awalku dulu. Tapi kepanitiaan ini, jauh lebih, lebih, lebih hebat
daripada aku yg dulu. Mrk memiliki kepengurusan yg solid dari awal hingga
akhir. Meski masalah klasik selalu sama, entah dana yg selalu kurang, entah jam
acara yg selalu molor, entah kendala tempat acara, dan bahkan sasaran peserta
yg selalu jauh dari yg diharapkan. Satu plus bagi mrk. Mrk masih menjadi
panitia solid, mrk mampu membuat acara lebih menarik.
Aku tak perlu menceritakan perjuanganku dulu. Biar itu jadi
kenangan semata. Biar itu meski saat kumengingatnya selalu membuatku sakit hati
dan betul-betul tak mau mengingatnya, setidaknya sebuah luka yg pernah kudapat
saat itu membuatku lebih tegar. Bukankah sebuah perjuangan itu artinya
berkorban?
Melihat temanku yg sekarang sudah menjadi org hebat, aku
sedikit terharu. Aku pernah memberinya hadiah krn suatu kewajiban, di dlm
hadiah tsb kuselipkan beberapa kata, dan aku pernah terkejut saat kata-kata itu
pernah dipakainya dalam memberi motivasi. Meski kami, jarang berbicara demi
suatu alasan pula, tapi setidaknya dia adalah salah satu teman yg sering
membantu perjuanganku awal. Oleh karena itu, amanah terakir kuikhlaskan untuk
memberi waktu kurang lebih 2 bulan untuk membantunya dlm acara besar.
Tahun baru. 2014.
Perjuangan baru.
Dimana semua organisasi-organisasi akan memiliki banyak
pemimpin baru. Dan pemimpin tersebut berasal dari angkatanku.
Sudah 2 org yg terpilih menjadi org besar di kampusku. Yg
satu menjadi ketua BEM dan yg satu menjadi ketua organisasi dakwah islam
kampusku. Keduanya adalah teman seperjuanganku awal di BEM dan dgn mereka pula
aku pernah berjuang bersama.
Jika ditanya apakah aku tak ingin spt mrk?? Jawabannya tentu
saja mau.
Tapi aku merasa tak mampu.
Meski teman-temanku selalu mengatakan “km mampu! Tp km
selalu tdk Pede!”
Aku tahu. Aku sangat tahu.
Aku tahu kelemahanku. Tapi aku pula yg belum mau mengatasi
kelemahanku. Bukan tak mau, tp memang masih sulit.
Popularitas? Aku sama sekali tak prn menginginkannya. Sudah 2
periode aku menjadi coass prktikum, selama itu pula beberapa adik tingkat sudah
cukup mengenalku. Ikut kepanitiaan besar, menjabat posisi yg cukup berat, cukup
pula menjadikanku sedikit populer. Tp aku sama sekali tak menginginkannya.
Aku hanya ingin membuat semua keinginanku terwujud. Jika dipikir,
apa sih potensiku? Aku sadar, aku suka menulis. Dan harusnya sejak awal aku
mengikuti organisasi jurnalistik. Selalu memanfaatkan waktu senggangku untuk
terus menulis, menulis dan menulis. Aku bercita-cita menjadi dosen,. Maka harusnya
sejak awal aku rajin kuliah, rajin mengerjakan tugas, menjadi coass yg teladan,
dekat dgn dosen.
Tahun besok, aku
ingin membangun impian itu kembali. Meski aku tak pernah tahu, rintangan apa
lagi yg besok kuhadapi. Tapi setidaknya aku harus memaksakan diri mencoba dan
mencoba. Meski sering melenceng dan aku harus menampar diri sendiri untuk terus
sadar. Aku juga harus berubah.
Aku tak harus menjadi org besar seperti teman-temanku. Bagiku,
membuat semua keinginanku terwujud itu sudah cukup bagiku.
Aku tak tahu aku akan menyerak atau tidak, satu yang pasti.
Aku akan terus melaju dan melaju. Meski berbelok berlok
jalannya, aku terus maju....