Senja sore itu begitu indah. Yah, memang senja memang selalu indah dan selalu menyihir mata bagi yg memandangnya. Seperti halnya ketika aku sedang duduk berdua dengan seorang cowok yg agak tambun di dekat taman kota. Kami duduk di pinggir air mancur serta menikmati enaknya es serut terenak di kawasan kota itu. Hari itu memang panas, sehingga penjual es mungkin memang sedang laris manis. Sore itu habis ashar setelah aku lelah seharian ngampus dg kegiatan kuliah serta praktikum, aku memutuskan untuk jalan-jalan ke taman kota yg tak jauh dari kampus. Kebetulan sekali aku bertemu dg Reyhan, sahabatku cowok yg kuliah di univ lain tp letaknya tak jauh dari univku. Sore itu kita tdk sengaja bertemu dan memutuskan untuk duduk sebentar melepas penat.
Senja saat itu sedang indah, tapi wajahku tak menyiratkan keindahannya. Lelah memang yg kurasa, tp tepatnya bukan kelelahan yg membuatku muram. Tapi ada mendung tebal yg menaungiku sejak 2 hari yg lalu. Sungguh sejak hari itu, aku sama sekali tidak bisa tersenyum tulus.
"Ciiee, yg sekarang sibuk, sampe sms aja ga pernah" celetuk Rey memecah keheningan. Aku pun cuma manyun alakadarnya. "Pliss ya, yg sibuk sy apa anda?Sms terakhir sy ga dibales, ngapain juga sms luuuuu"
Rey pun tertawa ringan. Org-org memang suka tertawa liat ekspresi mukaku yg agak alay ini. Whatever...
Bagiku asal mereka senang, itu kuanggap sedekah bisa buat org tertawa meski kalau dipikir aku terkesan sok polos. Asli, gue ga polos, cuma pura-pura polos...
"Hey, lu dicari tu sama tukang mie ayam"
"he?? siape emang? gue pilih tukang bakso"
"yakin? tukang mie ayamnya gateng loo"
"halah, siapa memang?"
"gue! hahaha"
aku pun manyun untuk kedua kalinya. Plis, aku ga bisa tertawa. Itu lelucon yg tidak lucu.
"Emang gue penting bagi km mpe km nyariin aku? Kmrn aje pas lagi sm aku, yg dibicarain si diaaaa terus"
Rey pun tertawa (lagi). mukanya agak bersemu merah. Ah, org jatuh cinta...
Serasa ingin lari ke laut aku, hiks
"Lo knp sih sebenere?" Tny Rey yg akhirnya bisa membaca cuaca mendung wajahku.
"Ga apa rey. Gue patah hati. Sakit..."
"Haha, diplester sonoooooo. Hari gini masih musim galau non?"
Aku pun terdiam. Sama sekali tak marah mendengar ejekan Rey. Karena itu memang benar. Aku saja yg bodoh kenpa harus terlalu mikirin hal ini. Tapi aku merasa sakit...
"Aku memang sudah patah hati sejak lama. Tapi bodohnya aku yg sama sekali tak mau menyadarinya sejak dulu. Terus saja menimbun mimpi-mimpi palsu, yg akhirnya saat kini kusadar, aku merasa telah dipukul berkilo-kilo ton batu. Ngilu dan sakit..."
"Hmmm.... cerita aja jika mau cerita. Aku memang cowok, dan ga pintar dijadikan tempay curhat. Tp setidaknya aku mau mendengarkan kok..."
Sekali lagi aku terdiam. Memang Rey adalah sahabat terbaikku yg kumiliki sekarang. Aku memang dari dulu bisa mudah berinteraksi dg orang, tapi tak mudah akrab. Dan Rey berhasil membuatku akrab dgnnya.
"km mungkin memang tak pernah bisa merasakan rey, krn kamu cowok. Aku adalah cewek yg tidak mudah suka sama seseorang, tp sekali suka, aku sulit melepasnya. Kau tahu kan? Aku telah mengenalnya sejak lama. Sejak kita awal masuk SMA. Dan sejak itu pulalah kita akrab sebagai sahabat, hanya sahabat. Aku pun sangat tahu siapa wanita yg berhasil memikat hatinya dulu. Dan sungguh aku hanya bisa berusaha bahagia melihatnya bahagia dg wanita itu. Padahal aku sakit melihatnya. Aku tak mungkin mengatakannya kalau aku menyukainya, dan aku memiliki rasa padanya lebih dari seorg sahabat. Tapi aku cukup tahu diri, dia akan selamanya menganggapku sebagai sahabat. Oleh karena itu biarlah aku memendam sakit ini daripada kami pada akhirnya merusak persahabatan kami.
Lulus SMA aku masih akrab dgnya, tapi tak seakrab ketika kami masih SMA. Jarak dan waktu memisahkan kita. lulus SMA aku baru tahu kalau dia sudah putus dg wanita idamannya itu. Kita masih akrab dan tentu saja wanita g paling dekat dgnnya adalah aku krn aku sahabatnya, sedang dia pacar sudah tak punya.
Belakangan kita kian akrab, dan sepertinya dia tahu kalau aku menyukainya. Dia dari dulu hanya diam. Tetap masih akrab dgku tapi tak pernah merespon perasaanku. Entah memang dia yg berusaha acuh thd perasaanku, atau memang dia tdk tahu perasaanku? Ga mungkin, dia tahu kok perasaanku. Tapi dia diam dan tak memberi jawaban apapun. Sungguh aku merasa digantungkan....
Kemarin aku bertemu dg wanita itu. Dan alangkah sakitnya hatiku, ternyata selama ini mereka masih berhubungan, tp aku tak pernah tahu. Dan yg membuatku semakin tercabik, mereka berdua diam-diam masih saling menyukai.
Bodohnya aku. Aku memang akrab dgnnya, tapi aku tak boleh berharap lebih pdnya. Aku dan dia kan selamanya hanya sahabat, just sahabat kan???
Aku bodoh selama ini masih berharap padanya. Aku juga benci dia karena dia tahu perasaanku tapi dia tak pernah melaranagku untuk mencintainya. Dia membiarkanku untuk terus memendam perasaanku padanya, padahal dia sendiri sulit bahakan tak penah membuka hatinya untukku. Aku sangaaaat membencinya...!!"
Tak terasa air mataku meleleh. Entahlah, senja saat itu terlalu indah untuk dihiasi air mata. Tapi sungguh, aku tak bisa menhan rasa sakit ini. Aku terlalu menimbun mimpi begitu tinggi hingga akhirnya aku jatuh sendiri...
Rey memberikan tisue dan aku hanya pasra menerimanya. Senja mulai menggelap. Setengah jam lagi adzan maghrib berkumandang.
"Tiara, kau boleh tetap sahabatnya, tapi satu yg kupinta. Jangan sekali-kali mempertahankan perasaanmu lagi. Kau tahu? Kau sama saja membiarkan dirimu sakit sekian lama. Kau dhalim. Andai selama ini kau tak terlalu memendam perasaan itu, aku yakin kau pasti sudah memiliki seseorg yg jauh lebih pantas untukmu. Atau kalaupun belum punya, setidaknya kau bisa selalu ceria, menjalani kuliahmu dg enjoy. Berusaha pacaran dg tugas dan kuliahmu. Setidaknya itu jauh lebih bermanfaat untukmu daripada kau terus menimbun harapan semu. Sudahlah...."
Aku tergugu mendengar penuturan Rey. Apa yg Rey bicarakan benar. Pada hakikatnya semua ini salahku...
Senja sudah tidak terlihat. Sore itu aku berusaha menyeka air mataku, dan mempersembahkan senyum tulus pada Rey.
Yah, hidup memang terus berlanjut. Sudahlah, Biarkan daun yg jatuh tak menyalahkan angin. Semua akan terus berlanjut.... Masih ada Allah. Masih ada Rey, dan org-org yg mempedulikanku. Aku tak sendiri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar