Jumat, 08 Maret 2013

Kala Senja Itu

Suatu hari ada seorang suami dan istri sedang bercengkrama mesra di pinggir pantai. Sore itu senja begitu indah dan alam begitu baik hati memberi waktu serta tempat yg nyaman di saat bulan madu mereka. Yah, bulan madu yg sudah sekian lama tidak mereka lakukan sejak hampir 15 tahun lamanya setelah mereka menikah.

5 tahun awal pernikahan mereka lalui hidup dengan penuh perjuangan, dan akhirnya 10 tahun kemudian mareka mulai hidup sejahtera dan semakin sejahtera krn perjuangan hidup mrk yg cukup keras. Sang suami yg dulu hanyalah pegawai bank kecil dg penghasilan yg tdk seberapa, lalu atas dorongan si istri yg selalu setia mendampinginya, sang suami berhasil menjadi pengusaha sukses yg luar biasa. Si istri yg telaten menjadi pengajar sekolah SD yg sederhana dan apa adanya telah mendirikan kantor cabang bimbingan belajar yg cukup terkenal dan sukses.

Mrk hidup bahagia.
Dengan ketiga buah hati mrk yg cerdas, penurut, dan soleh serta solihah.
Yah... mrk adalah keluarga sukses selalu tampak rendah hati serta taat beragama. Sebuah keluarga yg benar-benar sakinah, mawaddah waromah.

Sore itu di pantai yg seolah-olah milik mrk berdua dengan senja yg begitu mempesona, si istri duduk di samping sang suami. Mrk duduk berpeluk di pasir pantai yg putih sambil tidak lepas memandang senja. Si istri dengan sikap manjanya menyandarkan kepalanya di bahu sang suami yg kekar itu.

"Sayang, terimakasih atas segalanya.... Kau merupakan harta tak ternilai yg kumiliki. Tanpa kau, aku tak bisa sekuat ini hingga sekarang" ujar sang suami.

Si istri hanya tersenyum. Kemudian dia bertanya pd sang suami "Apakah aku masih cantik di umurku yg sudah menginjak kepala 3 ini?"
Sang suami kemudian memandang lekat wajah sang istri yg teduh itu. "kau tahu? Bagiku, meski kau sudah berumur 60 tahun pun, kau tetap cantik bagiku. Bahkan di umurmu yg sekarang, kau masih tetap muda dan cantik di hadapanku. Kau terlalu cantik bagiku...."
Si istri kemudian berlinang air mata mendengar pujian sang suami yg indah itu.
"Aku selalu ingin cantik di hadapanmu, Tak peduli bagi banyak orang aku terlihat cantik atau tidak. Bagiku cantik yg sbenarnya adalah kau yg mengatakannya. hanya kau...."
Sang suami kemudian mendekap erat si istri. Entah mengapa, mereka berdua seperti merasakan rindu yg tak bertepi. Meski mereka selalu bersama, mereka seperti tak ingin terpisahkan oleh apapun.
" sayang, apakah kau ridho denganku? Apakah kau ridho bila mungkin besok Allah memintaku?" Si istri dg mata indahnya memandang lekat sang suami.
Sang suami tersentak kaget dan terdiam cukup lama.
"Mengapa kau berkata seperti itu? Aku tak akan membiarkan Allah memintamu terlalu cepat. Aku tak siap...."

Senyap.

"Sayang, itu berarti kau tak ridho dgku. Kau tahu, Alllah terlalu baik dg kita. Dia memberikan semua kebahagiaan ini untuk kita. Sungguh aku tak pernah meminta apapun pada Allah kecuali diberi waktu dan kesempatan mendampingimu hingga sekarang. Bagiku, asal kau bahagia saat dgku aku sudah bahagia. Bagiku kau ikhlas dengan segala kekuranganku, itu adalah berkah. Dan bagiku, asal aku bsa membuatmu tersenyum dan bisa terlihat cantik di hadapanmu selalu, itu adalah kado terindah dalam hidupku. Kita milik Allah, dan Allah boleh kapanpun meminta kita. Allah pun selalu baik hati pada hambanya yg ikhlas dan sabar. Kalaupun suatu saat kita terpisah, itu hanya sementara. Karena suatu saat pun aku pun akan jadi bidadari tercantikmu suatu saat nanti.... Oleh krn itu, ridhokah kau padaku?"

Sang suami terdiam kembali. Dalam hati ia begitu sesak mendengar penuturan si istri itu. Sesak krn rasa takut jika suatu saat si istri dg cepat meninggalkannya. Tapi kemudian ia tersenyum.
"InsyaAllah jika memang itu kehendak-Nya, aku ridho. Aku ridho dgmu.... tapi asal kau tahu, aku selalu mencintaimu. Dan aku benar-benar ingin kau selalu ingat. kau adalah wanita tercantikku. Bukan karena parasmu yg menawan, tapi hatimu yg begitu begitu indah bagai permata"
"Dan aku juga amat sangat mencintaimu selalu. Semua yg kulakukuan, aku ikhlas atas apapun yg kulakukan untukmu. Aku tidak hanya ingin mendampingimu saja, tapi aku ingin selalu jadi teman terbaikmu. Itu semua kulakukan tak lain krn aku ingin kau ridho padaku..."

Kemudian si istri mendekap erat kembali sang suami. begitu pula sang suami. Sore itu Alam begitu berbaik hati menjadi saksi atas kasih sayang 2 insan yg tulus dan ikhlas.
 
Entahlah. Sore itu terlalu indah bagi mereka. Sore itu terlalu membahagiakan untuk mrk. terlalu indah... Dan kita tidak tahu kapan semua itu berlalu. Mungkin keesokannya? Atau masih cukup lama?

Hanya Allah yg Tahu......


#Sedikit saduran dari kisah novel "Rembulan Tenggelam di Wajahmu - Tere Liye"

Tidak ada komentar: