IBU.
Selalu
menyenangkan saat aku membaca cerita tentang ibu. Terlebih karena aku terharu,
dan tak urung aku sering menangis saat membaca kisah tentang ibu.
Seperti
halnya sore ini saat aku membaca cerita dari novel karya Bang tere tentang
serial anak mamak yg ELIANA.
Hehe,
sekali lagi aku menangis dan terbawa suasana saat membaca kisah-kisah novel
bang tere. Selain bahasanya yg mudah dicerna, nasehat kehidupannya betul-betul
menampar telak saat membacanya.
Di
bagian cerita yg berjudul “mamak sayang kau” pada bagian ketiga, aku sempurna
meneteskan air mata. Bagaimana tidak? Rasanya aku seperti melihat flash back
kehidupanku yg tertuang pada cerita itu.
Di
cerita itu dijelaskan bahwa eliana merupakan anak sulung yg selalu
disuruh-suruh oleh ibunya dalam melakukan sesuatu. Seperti membantu mencuci
piring, mengepel dan pokoknya semua tugas rumah tangga membantu mamaknya
(ibunya). Sebenarnya bukan itu yg membuat eliana sebal pada mamaknya saat itu,
tp dia sebal saat dia selalu disuruh-suruh memantau adik-adiknya yg
nakal-nakal. Eliana di cerita dituntut harus tahu hal apa saja yg dilakukan
adik-adiknya, membangunkan mereka bila mereka terlambat bangun, melerai mereka
bila bertengkar, pun mencegah hal-hal yg membuat adiknya melakukan hal-hal yg
tidak baik.
Pernah
dalam sehari eliana diomeli mamaknya terus gara-gara ia lalai menjaga
adik-adiknya seperti adiknya bertengkarlah, adiknya bangun terlambatlah,
adiknya yg tdk segera sarapanlah dsb. Eliana hanya mendengus kesal
sampai-sampai dlm hati hanya bilang “memangnya aku jam weker mrk (adik-adik
eli)? Apa-apa yg dilakukan harus aku ketahui. Mrk yg salah aku yg dimarahi”. Dan
ujung-ujung suatu saat eli tiba-tiba lalai pas menemani adiknya nonton layar
tancap, adiknya saat itu ga sengaja menginjak beling hingga kakinya berdarah
hebat dan dibawa ke puskesmas. Eli yg waktu nonton lalai menjaga adiknya krn
asik ngobrol dg teman sekolahnya, hanya cemas pas waktu pulang tdk menemukan
adiknya. Hingga saat pulang ia baru tahu kalau adiknya kecelakaan. Mamaknya tidak
memarahinya, tetapi mendiamkannya tanpa sepatah katapun. Memang benar. Dimarahi
itu bukan hal yg paling menyakitkan, tapi yg paling menyakitkan adalah saat
kita diacuhkan, didiamkan, dan dianggap tidak ada. Hingga eli akhirnya kabur dari rumah.
Saat
masa kabur, ibunya tidak mencarinya, dan eli selama masa kabur hanya merutuki
sendiri bahwa mamaknya betul-betul sudah tdk peduli lagi krn dia kabur selama
tiga hari tdk dicari/dijemput sama sekali. Nah, endingnya itu yg bikin aku
nangis. Yaitu pas eli yg sebenarnya udah dibujuk paksa oleh bapaknya utk pulang
tp bersikeras tdk mau pulang. Dan malam itu pula pukul 12 malam tepat Eli
disuruh pura-pura tidur oleh wawaknya (Eli disini kabur ke rumah wawaknya). Dan
Eli akhirnya menyaksikan sendiri kalau ternyata pas masa kabur mamaknya setiap
malam waktu eli sudah tidur, beliau ke rumah wawaknya untuk memastikan eli
sudah tidur.
Hehe,
knp aku jadi nulis sinopsis coba???
Membaca
cerita ini aku betul-betul liat potret diri deh. Hahaha
Tahu
beda kisah aja yg intinya sama.
Sebenarnya
wajar-wajar aja sih anak perempuan selalu disuruh bantu ibunya. Aku juga sering
suruh bantu ibu. Tapi aku sering dimarahi ibu sampai-sampai aku selalu sebal
sama ibu. Aku sebal sama ibu bukan krn aku disuruh ini itu, tapi krn ibu selalu
mengomeliku mengerjakan sesuatu dgn segera. Ibu hafal betul tabiat malesku dan
sering nunda-nunda pekerjaan jadi ibu sebal dan selalu saja marah saat aku tidak
segera nyapu dan ngepel.
Aku
sering debat sama ibu krn aku sudah bosan mendengar omelan ibu yg harus begibi-begini. Mbak iparku punya
sifat sama dgnku yaitu suka nunda-nunda pekerjaan, jadi dulu pas waktu mas dan
mbakku tinggal di rumah ibu, mbak iparku tdk betah krn sering ditegur ibu. hehe,
calon adik iparku harus rajin nih bila ingin merebut hati ibu :P
Sebenarnya
aku sering menangis bila dimarahi ibu (diam-diam tapi). Bukan krn sakit hati
waktu dimarahi, terlebih krn aku marah pada diri sendiri yg selalu buat ibu
marah. Pernah pula aku berangkat kuliah atau ke kampus setelah bertengkar dgn
ibu pagi-pagi dgn alasan yg selalu sama (ibu marah krn aku nunda-nunda
pekerjaan lagi), aku kemudian saat itu berangkat kuliah tanpa pamit. Aku selalu
pergi pamit dg cium tangan baik itu pergi kuliah, atau hanya ke kampus, atau
bahkan pergi main kemana pun. Pas kejadian itu aku seharian di kampus ga bisa
senyum. Pas perjalanan naik motor aja aku nangis. Adakalanya aku memang nangis
habis bertengkar dg ibu.
Sebenarnya
aku sangat tahu knp ibu selalu bersikeras membuat aku disiplin. Hal tersebut
krn ibu ingin aku menjadi cewek yg cekatan dan disiplin. Apalagi di usiaku yg
sekarang, tentu sebenarnya udah kebangeten jika aku belum bisa disiplin
mengingat usiaku sudah pantas menikah.
Ah,
ibu. bahkan sebenarnya aku selalu ingin memeluk ibu. kadang saat ibu marah aku
ingin mengucap maaf. Bahkan berterima kasih saja aku jarang atau tidak pernah
mengatakan. Aku tak terbiasa jadi aku malu. Adikku pun demikian. Tepat saat
ayah pergi meninggalkan saat aku masih kecil, ibu mulai berjuang untuk bekerja
membiayai sekolahku dan adikku. Aku tinggal di asrama selama 6 tahun dari smp
hingga sma. Kemudian pas kuliah aku baru tinggal di rumah. Tapi siapa sangka,
tinggal di rumah aku malah sering dimarahi dgn ibu. krn aku tidak terbiasa dgn
sifat disiplin ibu yg harus dilakukan sekarang, sekarang dan sekarang. Ibu betul-betul
mendidikku agar disiplin dan cekatan dalam mengerjakan urusan rumah tangga. Padahal
kerjaanku di rumah cuma nyapu, ngepel dan cuci piring. Untuk urusan masak
sampai skrg masih dihandle ibu.
Ibu,
aku tahu ibu sangat sayang sekali sma kami (aku, adik, kakak). Bahkan ibu
mementingkan kami saat ditinggal ayah. Ibu bisa saja menikah lagi saat
ditinggal ayah, tapi ibu memilih menjadi single parent. Bekerja semampunya
hingga sekarang? Bahkan aku bisa kuliah tanpa biaya ibu. itu tak lepas dari
perjuangan ibu selama ini yg menyekolahkanku di sekolah dgn asrama yg baik,
menjaga agar akhlakku tetap baik, dan terakhir saat ibu membantu mengurus
pendaftaranku masuk tes perguruan tinggi dan pakai beasiswa. Kalau saja dulu Bu
Pur tidak segera menyuruhku untuk mengikuti program bidik misi, mungkin aku
akan kuliah dgn hasil ibu jual tanah warisan, atau pinjam uang paman dan bank. Untung
hal tersebut tidak terjadi.
Allah,
terimakasih membiarkanku lahir dari rahim seorang ibu yg luar biasa ini. Bagiku,
ibu adalah harta yg paling paling paling berharga nomor satu di dunia ini.
Selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar