“Kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.
“Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."
--Negeri Di Ujung Tanduk-Tere Liye, sekuel cerita Thomas
hm.. mungkin dari kata-kata penulis favorit saya itulah, saya bisa mengungkapkan isi hati sy yg telah lama tertekan. tertekan oleh jiwa yg yah... entahlah..
Mungkin kurang bersyukur..
Dan juga tidak ikhlas dalam menerima semua..
Bukankah dulu aku pernah membuat tulisan bahwa aku dilahirkan termasuk oarng yg berbeda?
Dilahirkan dg masa SMP dan SMA yg sedang mencari jati diri tanpa bimbingan sorang ayah. (pdhl yg lain ada yg hidup dari lahir tanpa ayah ibu)
Dilahirkan dgn penuh gemblengan. Terpaksa menjalani masa remaja di sekolah yg nuansa agmanya begitu kuat dgn penjagaan yg ketat. (pdhl di luar sana teman-temanku menjalani sekolah dgn normal dan juga bebas bermain sepuasnya)
Hidup menjalani kuliah yg ternyata cukup berat krn jadwal serta tugas yg banyak. Di lain itu semua aku harus membagi waktu membantu ibu di rumah yg sendirian mengurus rumah dan toko. Sendirian...! (Dan belakangan ini baru kusadar betapa beratnya pekerjaan ibu di rumah).
Dan kini di semester 3 ini, semester yg penuh liku-liku keras serta cukup menyebalkan. Karena tugas yg sangat banyak, amanah organisasi yg luar biasa berat, serta keluh kesah ibu selama ini yg tak pernah kumemedulikan membantunya.
Huuuffhh... Liburan panjang ini yg kuniatkan untuk balas dendam utk melancong ke segala tempat, malah dihadiahkan oleh sebuah cobaan krn ibu harus sakit dlm jangka waktu lama. Otomatis pekerjaan rumah dan pekerjaan toko harus aku yg mengambil alih.
Sungguh teman, aku merasa sulit sekali untuk ikhlas. Bagaimana tidak? Aku yg tiap pagi hanya menyapu, makan terus mandi utk berangkat kuliah, sekarang? Aku harus bangun pagi, memasak air, belanja, dan masak!
Mungkin kurang bersyukur..
Dan juga tidak ikhlas dalam menerima semua..
Bukankah dulu aku pernah membuat tulisan bahwa aku dilahirkan termasuk oarng yg berbeda?
Dilahirkan dg masa SMP dan SMA yg sedang mencari jati diri tanpa bimbingan sorang ayah. (pdhl yg lain ada yg hidup dari lahir tanpa ayah ibu)
Dilahirkan dgn penuh gemblengan. Terpaksa menjalani masa remaja di sekolah yg nuansa agmanya begitu kuat dgn penjagaan yg ketat. (pdhl di luar sana teman-temanku menjalani sekolah dgn normal dan juga bebas bermain sepuasnya)
Hidup menjalani kuliah yg ternyata cukup berat krn jadwal serta tugas yg banyak. Di lain itu semua aku harus membagi waktu membantu ibu di rumah yg sendirian mengurus rumah dan toko. Sendirian...! (Dan belakangan ini baru kusadar betapa beratnya pekerjaan ibu di rumah).
Dan kini di semester 3 ini, semester yg penuh liku-liku keras serta cukup menyebalkan. Karena tugas yg sangat banyak, amanah organisasi yg luar biasa berat, serta keluh kesah ibu selama ini yg tak pernah kumemedulikan membantunya.
Huuuffhh... Liburan panjang ini yg kuniatkan untuk balas dendam utk melancong ke segala tempat, malah dihadiahkan oleh sebuah cobaan krn ibu harus sakit dlm jangka waktu lama. Otomatis pekerjaan rumah dan pekerjaan toko harus aku yg mengambil alih.
Sungguh teman, aku merasa sulit sekali untuk ikhlas. Bagaimana tidak? Aku yg tiap pagi hanya menyapu, makan terus mandi utk berangkat kuliah, sekarang? Aku harus bangun pagi, memasak air, belanja, dan masak!
Aku yg tiap hari hanya seharian kuliah dan sibuk berorganisasi, kini seharian hanya menjaga toko. Alangkah bosannya......
Aku yg agak sebal selalu saja melakukan sesuatu dgn perintah berkali-kali, kini aku setiap hari harus sabar mendengar nasehat ibu, perintah ibu tiap menit dan detik.
Aku yg biasa mengisi waktu liburan dengan refresing diri pergi ke suatu tempat, kini harus mengisi waktu-waktu luangku dengan menjaga toko.
Aku yg biasa mengisi waktu liburan dengan refresing diri pergi ke suatu tempat, kini harus mengisi waktu-waktu luangku dengan menjaga toko.
Entahlah, adaptasi yg cukup sulit. Tak jarang aku iri dengan mereka yg menghabiskan waktu dgn pergi ke tempat-tempat yg jarang dikunjungi, menghabiskan waktu dengan santai, ah.... aku iri...
Rasa-rasanya kadang aku tak terima dgn semua ini. Aku masih ingin main juga walau hanya sekali dua kali. Melepas penat yg sejak kuliah kemarin belum sempat aku lakukan. Rasa-rasanya aku selalu dituntut dewasa dimanapun kuberada. "Aku akan dewasa, kalau sudah waktunya..." Itulah pikiranku.
Tapi tidak bagi ibu, tidak bagi kakak, tidak bagi mbak tingkatku, tidak bagi dosenku, tidak bagi Allah...
Bagaimanapun juga harus belajar dewasa, mulai dari sekarang. Mulai dg hal-hal kecil dimana aku mengenal kata "ikhlas, tanggungjawab, sabar, dan disiplin..."
aku yakin Allah betul-betul menyayangiku. Karena liburan ini adalah liburan yg berbeda dg liburan-liburan sebelumnya. Itulah salah satu tanda Allah ingin mengajariku tentang arti dewasa sesungguhnya. Benar kata orang-orang, "Tua itu pasti, tapi dewasa itu pilihan.."
Semester 4 ke depan adalah semester yg cukup berat. Karena aku harus menjalani kuliah yg berat lagi. Dg makul prktikum yg belum sedikit. Masih banyak seperti kemarin. Dg makul yg jauh lebih sulit dan menghadapi dosen yg jauh lebih disiplin. Dengan amanahku yg InsyaAllah akan diembankan sebagai kadiv. Amanah ketika aku memutuskan ingin jadi co-ass. Amanah ketika aku harus bekerja ngelesi. Amanah rumah...
Sungguh, itu semua sangat membutuhkan kesabaran yg luar biasa dan disiplin yg sangat tinggi. Inilah yg Allah berikan padaku. Sebuah pelajaran yg cukup berat tapi sarat akan makna di liburan ini. Di saat orang lain bersenang-senang, aku justru belajar. "Belajar, belajar dan terus belajar..."
Untuk masalah cinta yg tak jarang bikin aku menangis, yg juga dengan cepat membuatku senyum, dan sering menimbulkan rindu tak beralasan. Kini aku harus mengubahnya. Bukan meninggalkannya, tapi sedikit untuk melupakannya... Sampai waktu yg allah tentukan. Janji Allah selalu benar, tak mungkin aku bisa memiliki seseorang yg soleh seperti si A, tak bisa kuberandai-andai mendampingi seseorang yg cerdas seperti si B, dan sulit kumendapatkan sesorang yg tampan dan terkenal bila saat ini aku sendiri belum bisa menjaga diri, belajar dengan rajin, dan membagi waktu dgn tepat. Mereka butuh sesorang yg luar biasa pula utk mendampingi hidup mereka. Jadi, harus mulai sekarang aku belajar itu semua agar terbiasa. Agar aku menjadi permata dan intan yg indah seperti Bang Tere bilang.
Utk seseorang yg selama ini menyita pikiran dan hatiku. Sungguh harapan itu ada dan selalu ada. Belum hilang. Entah kapan hilangnya... Yg pasti aku masih menyukaimu, selalu menyukaimu. Tapi aku sadar. Mungkin aku belum diijinkan untuk berharap padamu lebih. Kita masih sama-sama belajar. Belaja menjadi "dewasa".
Biarlah terkadang waktu tak membiarkan kita bersua lebih lama. Mungkin waktu ingin menunjukan pada kita suatu saat waktu yg lebih indah dari sekarang. Biarlah kau tak pernah memedulikanku, kuanggap itu adalah waktu untukmu untuk melupakan masa lalumu. Kuanggap itu waktu untukmu mencari seseornag yg tepat dg hatimu. Toh, jika suatu saat kau tetap tak memilihku, tapi kau mendapat seseorang yg sangat cocok denganmu, aku ikhlas... Aku pun juga akan balajar untuk membuka hati yg baru kelak... :)
2 komentar:
haiii...salam pertemanan, tulisannya bagus..ayo terus semngat berkarya :)
haaiii.. juga. Okke, salam kenal jg. Makasih ^^9
Posting Komentar