Minggu, 08 Juni 2014

Bayangan Terakhir Jungshin

Dingin. Suasana udara saat ini dingin. 

Aku memainkan handphone yang tergenggam di tanganku. Pukul 10 malam.

Dan aku masih asik menikmati keindahan gemerlap lampu malam di atas balkon asrama. Lantai 17 apartemen ini cukup nyaman untuk menikmati keindahan kota Seoul ini. Ramai. Penuh dengan gedung-gedung tinggi. Tak ubah layaknya Jakarta, ibukota negeriku.

Sudah berapa lama? Hampir dua tahun aku disini. Tak pulang. Mengembara di negeri gingseng ini.

Tinggal hitungan bulan aku aku harus kembali ke negeriku. Mengabdikan diri. 
Kemarin aku telah selesai mengajukan revisi skripsi terakhir dan Mr. Woo Bin pembimbingku memberi mandat untuk minggu depan harus ujian skrpsi akhir. 

Dan hari ini tepatnya pagi tadi aku mendapat kabar dari Pak Hamberg dosenku dulu kala aku masih menyelesaikan pendidikan S1 di UNS bahwa jabatan dosen muda akan segera menantiku. Beliau berpesan supaya segera menyelesaikan tugas dan kegiatanku disini dan segera ke tanah air untuk mewujudkan impianku sejak lama. Menjadi Dosen.
Hari ini hari ulangtahunku. Tapi tak spesial dan aku juga tak berniat membuatnya spesial. Hari ini aku hanya tahu, umurku sudah 24 tahun. Sudah sewajarnya jika sekarang aku sudah berperan sebagai istri.


Cepat pulang. Belajarnya segera diselesaikan. Mas Roy sudah pulang dari Inggris, sudah menanti untuk melamarmu. Kalian itu jgn keenakan kuliah, usia itu juga dipikir. 
Aku hanya tertawa kecil mendengar suara ibu terakhir saat  telp. Haish, iya-iya aku juga segera balik dan nikah. Aku sudah bosan mendengar omelan ibu dan kakak, celoteh teman-teman yang mengisyaratkan agar segera nikah. Heraaann, teman-temanku di Seoul terkadang masih mengira aku baru berumur 20 tahun dan mereka kadang kaget setelah tahu aku sudah punya calon dan akan segera menikah. Tak heran, disini bahkan umur 20-25 tahun, anak-anak muda masih sibuk mengejar karir. Untuk urusan cinta, sudah biasa kalau gonta ganti pacar. Bahkan umur 30 tahun masih banyak yg belum menikah. Tapi di Indonesia? Ah sudahlah....




"Hey, you. Stop daydreaming!!" Sebuah suara tiba-tiba mengagetkan lamunanku.
Seorang cowok putih, tampan, dan memiliki rambut poni khas orang korea tiba-tiba duduk di sampingku.

"Kamcakiya! Jung Shin a..." ucapku serentak kaget melihat pemandangan tiba-tiba. Sejak kapan dia ada di sampingku??


Si cowok tadi hanya tersenyum kecil. Senyum yang misterius. Senyum itu... aku selalu menyukainya..

"Cukae, A few months away, you pass. hehe"
Aku terdiam.
Kemudian ikut tersenyum.
"Gumawo. Onje wasso (kapan kamu datang)?" aku bertanya penasaran.
"Banggem (baru saja)"
"Tulenchana (kamu mengagetkanku)!" protesku.

Dia kembali tertawa. Ah, cowok ini suka sekali mempermainkanku sejak aku awal jadi murid baru di Seoul.
Dia kemudian berdiri dan mencari sesuatu di kamar tamu. Aku masih asik duduk di balkon tanpa mau bergerak mengikutinya. Aku benar-benar ingin melepas penat di atas balkon ini. Meski udara cukup dingin. Hampir 15 derajat celcius, tapi aku sudah terbiasa. kalau di Indonesia jangan tanya! suhu 23 derajat celcius saja sudah membuatku meringkuk di bawah selimut. 

JungShin kemudian kembali dan dia membawa gitar kesayanganku. Gitar itu adalah hadiah darinya setahun yang lalu. Ketika pekan seni kampus kami tahun lalu, aku membantunya menyumbangkan lagu untuk perwakilan pertunjukkan jurusan Biotechnology and Engineering of Agriculture. Anak-anak lain ramai menunjukku sebagai perwakilan karena mereka kagum dengan kemampuan menyanyi lagu koreaku yg cukup menakjubkan. Jungshin teman dekatku pertama saat aku jadi murid di kampus Seoul, membantu menjadi pengiring melodyi lewat petikan gitar menakjubkannya. Saking menkjubkannya dia ku sarankan utk jadi boyband atau penyanyi solo gitaris saja daripada kuliah di pertanian. hehehe

Petikan gitar mulai mengalun dari jari-jarinya. Sebuah melodi yang tidak asing di telingaku mulai terdengar.
non ne ane, geuryono-eun hanmadi
neul ne ane, sumgyowatdon hanmadi
geudereul barabogo inneunde, neul gyote inneunde
sarang geu hanmadi mot-heAku menyumbangkan lagu Taeyeon SNSD yg sukses menjadi ost drama terbaru Lee Seung Gi akhir bulan lalu.


Suasana tiba-tiba hening.
Pikiranku melayang 3 bulan lalu saat aku pulang dari kampus bersama Jungshin.


Dia mengajakku pergi bersama ke namsan o tower. Menara wisata khas Korea yang menjadi daya tarik banyak wisatawan asing. Menara orang-orang yg sedang jatuh cinta dan percaya jika mereka memasang kunci couple disana akan menjadi pasangan abadi. Tidak hanya di Indonesia, orang-orang Korea bahkan kepercayaan mistisnya masih mengakar kuat.
Aku mengiyakan ajakan Jungshin karena hanya ingin berjalan-jalan saja setelah seharian penat kuliah dan mengurus Laboratorium.Tapi siapa menduga kalau ternyata itu adalah hari terakhirku bertemu dengan Jungshin.


Hari tu juga Jungshin menembakku dan menyatakan perasan cintanya padaku. Dia mengaku bahwa sejak awal bertemu dan mulai dekat denganku, dia mulai menyukaiku. Dia melamarku secara tidak resmi melalui sebuah cincin yang sangat cantik. Sebuah rangkaian bunga krisan yang indah yang sangat kusukai juga dihadiahkan untukku. 
Aku hanya terpaku tak bereaksi saat Jungshin duduk dan menyodorkan rangkaian bunga krisan pdaku. persis dengan adegan-adegan drama romantis. "Nana, will you marry me?"
Aku terdiam.
mematung.
Tak bereaksi.
Selintas pikiranku berganti-ganti antara Mas Roy, keluarga, dan Jungshin.
Tak kupungkiri, Jungshin seperti sahabat yang akrab ketika aku di negeri gingseng ini. Tanpa dia, aku tidak akan semudah ini beradaptasi dengan lingkungan sini. Bahkan aku hanya bisa menangis terharu saat tahun lalu dia menghadiahiku gitar, dia menyatakan ingin masuk Islam dan menjadi mualaf.
Tapi... Tapi..


Saat itu, aku hanya berlari meninggalkan Jungshin sendirian. Dan Jungshin saat itu hanya terpatung mematung memandangiku berlari menjauh tanpa menjawab sepatah kata pun menjawab perasaannya. 
Aku sudah punya tunangan dan aku tak pernah menceritakan pada Jungshin.
Dan aku tak tahu kalau ternyata selama ini Jungshin menyimpan perasaan padaku.
Saat itu aku hanya bingung dengan perasaanku tiba-tiba.

Dan itu adalah saat terakhirku bertemu dengan Jungshin. Setelah kejadian itu tak pernah menemuiku lagi. bahkan dia jarang masuk kuliah. Aku bertanya pada teman-teman dan mereka bilang Jungshin selama itu juga jarang bisa dihubungi.
Hingga minggu lalu... aku tak bisa menghubunginya..

"Jungshin a.. Biyanne, I never know about your feeling.."
Jungshin yg duduk di sampingku hanya tersenyum.
"Nan, sinca-sinca biyan. Dega chalmuthesso (aku benar-benar minta maaf. aku merasa bersalah)"
Sebuah melodi melantun indah lewat petikan gitar Jungshin lagi.
"Nana, I hope, you always happy in your life. I hope, you never forget me forever..."

malam itu sangat indah. Airmataku mengalir perlahan.
perasaan ini. Aku betul-betul bingung.
Aku mencintai mas Roy, tapi aku juga tidak bisa melepas Jungshin. ..


Semua tiba-tiba gelap. Suara melody gitar itu perlahan juga lirih terdengar..

---------------------------------------------

Drrtttt.... Drrrtttt......
Suara handphone tiba-tiba membangunkanku dari tidurku. Aku tertidur di balkon semalaman.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi dan aku terlambat  bangun, bahkan belum sholat subuh!
Aku mengangkat telp dari teman sekelasku.
"nana, Where are you... Please come to MyungWoo Hospital Now..."
Aku yg masih mengumpulkan kesadaranku. "Why, why I must to go to there?"
"Jungshin a..."
Tiba-tiba aku terbelalak mendengar nama itu. Ada apa? Ada apa dengan Jungshin??
"Jungshin... passed away today...."

Handphoneku terjatuh.
Tidak mungkin!
Tadi malam Jungshin duduk di balkon ini bersamaku. Mana mungkindia pergi secepat itu...?
Mana mungkin????
Air mata ini tiba-tiba terjatuh tanpa kuat aku menahannya...

Tidak ada komentar: