Dulu waktu SMP dan SMA sudah bukan hal yg aneh lagi saat orang-orang mengatakan sy polos dan masih kaya anak kecil. Sy pun kadang juga heran, apakah sy sepolos itu? Okelah. Jawabannya bukan karena sy polos, tapi memang karena ini badan kecil dan kurus kering. Apa mau dikata? #yooohhh, terima-terima kalau sy kurus. Ter.se.rah. Yg penting sehattt walau ga pernah minum susu yg penting sehatt XD
Waktu kuliah, tentu saja sy masih tergolong imut-imut (item mutlak ---> gara" kerjaannya ke sawah), hehe
Iya, sama masih tergolong mahasiswa yg kecil. Tp tentu saja itu bukan hal yg heran. Karena ternyata teman sy ada juga yg kurus seperti sy, ada pula yg lebih pendek dari sy, ada pula yg sikapnya jauh kaya anak kecil drpd sy, so??? ga ada lagi sebutan polos atau kaya anak kecil lagi di dunia kampus bagi sy. Yess! XD
(Tp kenyataan ibu, kakak, adek, om, bulik, mbah tetep ketemu sy komentnya "oalah nduk..nduk.. ky masih anak SMP sj km. Gubbrak!! -____-)
Lupakan masalah polos atau anak kecil!!
Dewasa. Apalah itu yg dewasa?
Dulu saat sy masih polos, taunya ya masalah cinta monyet cinta monyet, update bgt sama lagu2 band teratas, asli sy ga mau sama sekali menjadi dewasa. melihat orang dewasa, menikah, punya anak, ahhh repottt sekali. Sangat repott.. Ingin sy hanya jadi anak kecil. Bebas. Tanpa beban, tanpa mikir dosa.
Tapi hidup adalah siklus. Mau tak mau menjadi dewasa, kita pun akan tetap mengalaminya. menjadi dewasa. Pun sama halnya dengan menjadi tua. Semua orang tak pernah mau menjadi tua, tapi yg namanya waktu akan membuktikan, kita pun akan keriput dan kembali menjadi lemah.
Kadang sy melirik ah mengapa umur sy sudah secepat ini. Saat sy pusing mengerjakan tugas kuliah terkadang ibu mengajak ngobrol di sela-sela waktu. Tentang kehidupan. Tentang menikah. Tentang ibu yg selalu mengkritik sy yg selalu malas dan mengulur-ulur waktu. Yg masih masih males kalau suruh masak. Yg selalu ngeluh saat suruh ngepel seisi rumah. Oh, ibu. Terkadang sy ingin berontak. Apa sy harus secepat itu menjadi dewasa??? bahkan saat kutanya hampir semua teman-teman sy mereka enak sekali di kos, bisa enak mengerjakan tugas tanpa beban kerjaan rumah. Saat mereka pulkam mereka pun dibebaskan dari kerjaan rumah. Bahkan teman tetangga sy yg juga anak rumahan, cewek! Oh My Allah... hidup mereka enak sekali. main keluar rumah kemanapun mereka suka.
PLAK!!
Sadar!! Sadar!!
Dewasa itu pilihan. Tidak dikatakan orang dewasa jk dy belum mengerti hakikat kehidupan.
Bahwa hidup adalah menerima, penerimaan yg indah. Bahwa hidup adalah memahami, pemahaman yg benar.
Sungguh mempersiapkan diri menjadi seorang ibu bukanlah hal mudah. Sudah bukan hal yg tabu lagi mereka muda-mudi yg menghabiskan masa mudanya dg pacaran saat menikah? Ujung-ujungnya selalu bertengkar, mengungkit-ungkit masa lalu.
Sudah bukan hal yg tabu lagi mereka muda mudi yg sibuuukkk sekali belajar pelajaran, iya mereka sukses. Tapi saat mereka menikah, bahkan anak-anak mereka tidak terurus dg benar, karena mereka sibuk dg karir masing-masing.
Sudah bukan hal yg tabu saat mereka cewek-cewek malasss sekali mengerjakan pekerjaan rumah tangga, malas membantu ibu. Saat mereka menikah, bahkan membersihkan rumah saja tak becus, teriak-teriak pada suami saat kerepotan ngurus bayi.
Dan sudah bukan hal yg tabu lagi!! mereka cowok-cowok yg sibuk nongkrong ga jelas, malas belajar atau bekerja, sibuk nggombali cewek-cewek, sibuk tebar pesona, sibuk hanya main-main dan main. Saat mereka menikah, bekerjapun tak ada semangat-semangatnya. Gimana mau sukses? Bekerja saja mereka tak sanggup.
Oh, ibu. Sungguh aku tahu. Menjadi dewasa itu pilihan. Semua gemblengan ini, tak lain tak bukan karena kau ingin mendidikkku dengan cara lain. dengan cara benar. meski aku tak menyukainya.
Menjadi pembeda itu sulit, ibu. Saat remaja-remaja lain sibuk dibebaskan belajar tanpa disuruh membantu orangtua (yg penting mereka belajar), aku selalu diprotes ibu "kenapa tugass terus yg dikerjakan?! Nyapu dulu, ngepel dulu, nyuci piring dulu, dan blabla". Saat remaja lain sibuk main kemanapun mrk suka aku selalu dinasehati "pulangnya jg malam-malam. Kalau pergi itu ingat waktu. Masa' libur kok main terus?".
Ibu, itu semua gemblengan. Memang menjadi pembeda itu sulit. Tetapi pembeda selalu menang.
Waktu kuliah, tentu saja sy masih tergolong imut-imut (item mutlak ---> gara" kerjaannya ke sawah), hehe
Iya, sama masih tergolong mahasiswa yg kecil. Tp tentu saja itu bukan hal yg heran. Karena ternyata teman sy ada juga yg kurus seperti sy, ada pula yg lebih pendek dari sy, ada pula yg sikapnya jauh kaya anak kecil drpd sy, so??? ga ada lagi sebutan polos atau kaya anak kecil lagi di dunia kampus bagi sy. Yess! XD
(Tp kenyataan ibu, kakak, adek, om, bulik, mbah tetep ketemu sy komentnya "oalah nduk..nduk.. ky masih anak SMP sj km. Gubbrak!! -____-)
Lupakan masalah polos atau anak kecil!!
Dewasa. Apalah itu yg dewasa?
Dulu saat sy masih polos, taunya ya masalah cinta monyet cinta monyet, update bgt sama lagu2 band teratas, asli sy ga mau sama sekali menjadi dewasa. melihat orang dewasa, menikah, punya anak, ahhh repottt sekali. Sangat repott.. Ingin sy hanya jadi anak kecil. Bebas. Tanpa beban, tanpa mikir dosa.
Tapi hidup adalah siklus. Mau tak mau menjadi dewasa, kita pun akan tetap mengalaminya. menjadi dewasa. Pun sama halnya dengan menjadi tua. Semua orang tak pernah mau menjadi tua, tapi yg namanya waktu akan membuktikan, kita pun akan keriput dan kembali menjadi lemah.
Kadang sy melirik ah mengapa umur sy sudah secepat ini. Saat sy pusing mengerjakan tugas kuliah terkadang ibu mengajak ngobrol di sela-sela waktu. Tentang kehidupan. Tentang menikah. Tentang ibu yg selalu mengkritik sy yg selalu malas dan mengulur-ulur waktu. Yg masih masih males kalau suruh masak. Yg selalu ngeluh saat suruh ngepel seisi rumah. Oh, ibu. Terkadang sy ingin berontak. Apa sy harus secepat itu menjadi dewasa??? bahkan saat kutanya hampir semua teman-teman sy mereka enak sekali di kos, bisa enak mengerjakan tugas tanpa beban kerjaan rumah. Saat mereka pulkam mereka pun dibebaskan dari kerjaan rumah. Bahkan teman tetangga sy yg juga anak rumahan, cewek! Oh My Allah... hidup mereka enak sekali. main keluar rumah kemanapun mereka suka.
PLAK!!
Sadar!! Sadar!!
Dewasa itu pilihan. Tidak dikatakan orang dewasa jk dy belum mengerti hakikat kehidupan.
Bahwa hidup adalah menerima, penerimaan yg indah. Bahwa hidup adalah memahami, pemahaman yg benar.
Sungguh mempersiapkan diri menjadi seorang ibu bukanlah hal mudah. Sudah bukan hal yg tabu lagi mereka muda-mudi yg menghabiskan masa mudanya dg pacaran saat menikah? Ujung-ujungnya selalu bertengkar, mengungkit-ungkit masa lalu.
Sudah bukan hal yg tabu lagi mereka muda mudi yg sibuuukkk sekali belajar pelajaran, iya mereka sukses. Tapi saat mereka menikah, bahkan anak-anak mereka tidak terurus dg benar, karena mereka sibuk dg karir masing-masing.
Sudah bukan hal yg tabu saat mereka cewek-cewek malasss sekali mengerjakan pekerjaan rumah tangga, malas membantu ibu. Saat mereka menikah, bahkan membersihkan rumah saja tak becus, teriak-teriak pada suami saat kerepotan ngurus bayi.
Dan sudah bukan hal yg tabu lagi!! mereka cowok-cowok yg sibuk nongkrong ga jelas, malas belajar atau bekerja, sibuk nggombali cewek-cewek, sibuk tebar pesona, sibuk hanya main-main dan main. Saat mereka menikah, bekerjapun tak ada semangat-semangatnya. Gimana mau sukses? Bekerja saja mereka tak sanggup.
Oh, ibu. Sungguh aku tahu. Menjadi dewasa itu pilihan. Semua gemblengan ini, tak lain tak bukan karena kau ingin mendidikkku dengan cara lain. dengan cara benar. meski aku tak menyukainya.
Menjadi pembeda itu sulit, ibu. Saat remaja-remaja lain sibuk dibebaskan belajar tanpa disuruh membantu orangtua (yg penting mereka belajar), aku selalu diprotes ibu "kenapa tugass terus yg dikerjakan?! Nyapu dulu, ngepel dulu, nyuci piring dulu, dan blabla". Saat remaja lain sibuk main kemanapun mrk suka aku selalu dinasehati "pulangnya jg malam-malam. Kalau pergi itu ingat waktu. Masa' libur kok main terus?".
Ibu, itu semua gemblengan. Memang menjadi pembeda itu sulit. Tetapi pembeda selalu menang.