Sabtu, 19 Januari 2013

Sebuah Intan yg Baik


“Kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.

“Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."

--Negeri Di Ujung Tanduk-Tere Liye, sekuel cerita Thomas

hm.. mungkin dari kata-kata penulis favorit saya itulah, saya bisa mengungkapkan isi hati sy yg telah lama tertekan. tertekan oleh jiwa yg yah... entahlah..
Mungkin kurang bersyukur..
Dan juga tidak ikhlas dalam menerima semua..

Bukankah dulu aku pernah membuat tulisan bahwa aku dilahirkan termasuk oarng yg berbeda?
Dilahirkan dg masa SMP dan SMA yg sedang mencari jati diri tanpa bimbingan sorang ayah. (pdhl yg lain ada yg hidup dari lahir tanpa ayah ibu)
Dilahirkan dgn penuh gemblengan. Terpaksa menjalani masa remaja di sekolah yg nuansa agmanya begitu kuat dgn penjagaan yg ketat. (pdhl di luar sana teman-temanku menjalani sekolah dgn normal dan juga bebas bermain sepuasnya)
Hidup menjalani kuliah yg ternyata cukup berat krn jadwal serta tugas yg banyak. Di lain itu semua aku harus membagi waktu membantu ibu di rumah yg sendirian mengurus rumah dan toko. Sendirian...! (Dan belakangan ini baru kusadar betapa beratnya pekerjaan ibu di rumah).

Dan kini di semester 3 ini, semester yg penuh liku-liku keras serta cukup menyebalkan. Karena tugas yg sangat banyak, amanah organisasi yg luar biasa berat, serta keluh kesah ibu selama ini yg tak pernah kumemedulikan membantunya.

Huuuffhh... Liburan panjang ini yg kuniatkan untuk balas dendam utk melancong ke segala tempat, malah dihadiahkan oleh sebuah cobaan krn ibu harus sakit dlm jangka waktu lama. Otomatis pekerjaan rumah dan pekerjaan toko harus aku yg mengambil alih.

Sungguh teman, aku merasa sulit sekali untuk ikhlas. Bagaimana tidak? Aku yg tiap pagi hanya menyapu, makan terus mandi utk berangkat kuliah, sekarang? Aku harus bangun pagi, memasak air, belanja, dan masak!
Aku yg tiap hari hanya seharian kuliah dan sibuk berorganisasi, kini seharian hanya menjaga toko. Alangkah bosannya......
Aku yg agak sebal selalu saja melakukan sesuatu dgn perintah berkali-kali, kini aku setiap hari harus sabar mendengar nasehat ibu, perintah ibu tiap menit dan detik.
Aku yg biasa mengisi waktu liburan dengan refresing diri pergi ke suatu tempat, kini harus mengisi waktu-waktu luangku dengan menjaga toko. 

Entahlah, adaptasi yg cukup sulit. Tak jarang aku iri dengan mereka yg menghabiskan waktu dgn pergi ke tempat-tempat yg jarang dikunjungi, menghabiskan waktu dengan santai, ah.... aku iri...
Rasa-rasanya kadang aku tak terima dgn semua ini. Aku masih ingin main juga walau hanya sekali dua kali. Melepas penat yg sejak kuliah kemarin belum sempat aku lakukan. Rasa-rasanya aku selalu dituntut dewasa dimanapun kuberada. "Aku akan dewasa, kalau sudah waktunya..." Itulah pikiranku.

Tapi tidak bagi ibu, tidak bagi kakak, tidak bagi mbak tingkatku, tidak bagi dosenku, tidak bagi Allah...
Bagaimanapun juga harus belajar dewasa, mulai dari sekarang. Mulai dg hal-hal kecil dimana aku mengenal kata "ikhlas, tanggungjawab, sabar, dan disiplin..."

aku yakin Allah betul-betul menyayangiku. Karena liburan ini adalah liburan yg berbeda dg liburan-liburan sebelumnya. Itulah salah satu tanda Allah ingin mengajariku tentang arti dewasa sesungguhnya. Benar kata orang-orang, "Tua itu pasti, tapi dewasa itu pilihan.."

Semester 4 ke depan adalah semester yg cukup berat. Karena aku harus menjalani kuliah yg berat lagi. Dg makul prktikum yg belum sedikit. Masih banyak seperti kemarin. Dg makul yg jauh lebih sulit dan menghadapi dosen yg jauh lebih disiplin. Dengan amanahku yg InsyaAllah akan diembankan sebagai kadiv. Amanah ketika aku memutuskan ingin jadi co-ass. Amanah ketika aku harus bekerja ngelesi. Amanah rumah...

Sungguh, itu semua sangat membutuhkan kesabaran yg luar biasa dan disiplin yg sangat tinggi. Inilah yg Allah berikan padaku. Sebuah pelajaran yg cukup berat tapi sarat akan makna di liburan ini. Di saat orang lain bersenang-senang, aku justru belajar. "Belajar, belajar dan terus belajar..."

Untuk masalah cinta yg tak jarang bikin aku menangis, yg juga dengan cepat membuatku senyum, dan sering menimbulkan rindu tak beralasan. Kini aku harus mengubahnya. Bukan meninggalkannya, tapi sedikit untuk melupakannya... Sampai waktu yg allah tentukan. Janji Allah selalu benar, tak mungkin aku bisa memiliki seseorang yg soleh seperti si A, tak bisa kuberandai-andai mendampingi seseorang yg cerdas seperti si B, dan sulit kumendapatkan sesorang yg tampan dan terkenal bila saat ini aku sendiri belum bisa menjaga diri, belajar dengan rajin, dan membagi waktu dgn tepat. Mereka butuh sesorang yg luar biasa pula utk mendampingi hidup mereka. Jadi, harus mulai sekarang aku belajar itu semua agar terbiasa. Agar aku menjadi permata dan intan yg indah seperti Bang Tere bilang.

Utk seseorang yg selama ini menyita pikiran dan hatiku. Sungguh harapan itu ada dan selalu ada. Belum hilang. Entah kapan hilangnya... Yg pasti aku masih menyukaimu, selalu menyukaimu. Tapi aku sadar. Mungkin aku belum diijinkan untuk berharap padamu lebih. Kita masih sama-sama belajar. Belaja menjadi "dewasa".
Biarlah terkadang waktu tak membiarkan kita bersua lebih lama. Mungkin waktu ingin menunjukan pada kita suatu saat waktu yg lebih indah dari sekarang. Biarlah kau tak pernah memedulikanku, kuanggap itu adalah waktu untukmu untuk melupakan masa lalumu. Kuanggap itu waktu untukmu mencari seseornag yg tepat dg hatimu. Toh, jika suatu saat kau tetap tak memilihku, tapi kau mendapat seseorang yg sangat cocok denganmu, aku ikhlas... Aku pun juga akan balajar untuk membuka hati yg baru kelak... :)

Jumat, 18 Januari 2013

Memory of Agroekosystem

Semester 1,....
aiihhh....... adalah semester yang penuh tangis.
hehe, agak lebay juga sih, tapi ya mau gimana lagi, malah asyik kok..
yah, awal-awal pertama buat laporan, pertama kali nglembur, ngumpulin draft, dan draft penuh corat-coret
persis kaya dikenalin cara buat skripsi gitu.... :P

Di semester 1 memang penuh tangis, tp di semester ini pula kenangan banyak terukir. kaya asrama dulu dah rasanya. menyesakkan, tp setelah selesai melewatinya, muncul kerinduan. eeaaaaaa XD

ini ada beberapa foto waktu aku praktikum agroekosistem di smt 1:

Ini nih waktu anak-anak rame wawancara bapak-bapak yang sering bersihin talun saat perjalanan agroekosistem. Kebanyakan sih emang anak-anak agt a ye yg eksis :p

ini foto anak-anak AGT A yg suka ngeksis abisss, ceria-ceria sekali yha mereka :)



Kalo ini adalah musibah bus yg kami tumpangi. Bus nya bocor menjelang kami mau pulang, huaaa



Yang terakhir adalah foto bersama dg semua anak-anak agrotek dan co-assnya :)

















Jumat, 11 Januari 2013

Aku berbeda, karena itulah aku istimewa...

Bukan, bukan aku ingin menyombongkan diri menceritakan hal yg terjadi dalam hidupku. Bukan teman, bukan karena  aku begini, bukan karena aku begitu. Berbicara tentang kehebatan, ada yg lebih hebat dariku. berbicara tentang kesabaran, ada yg lebih sabar dariku. Berbicara tentang kelebihan, ada yang lebih dariku. Aku ingin bercerita, kalau aku berbeda. Bukan hanya aku yg berbeda. Kau juga berbeda. Kita berbeda satu sama lain, dan kita juga punya keistimewaan masing-masing. Maka dari itu kubercerita supaya kalian sadar kalian berbeda dan kalian istimewa...

Aku berbeda.. Yah, aku berbeda..
Dari kecil saat ku masuk TK, aku anak kecil cengeng dan takut bila ditinggal orang tua pergi. Takut sama jarum suntik. Sakit-sakitan. Tapi aku lincah. Selalu ceria. Lucu. Itu karena aku berbeda..
Mungkin memang benar ibu memberiku nama Aisyah agar aku bisa lincah seperti istri nabi SAW. Tp kenyataan aku 'over lincah'. Hehe, tak apa..

Aku berbeda, karena aku setiap maghrib harus dipaksa untuk belajar membaca Al-quran. Padahal anak-anak lain asyik bermain selepas maghrib. Tp aku selalu dipaksa utk mengaji terlebih dahulu. Alhasil, aku bisa membaca Al-quran lebih cepat daripada yg lain. Yah, krn aku berbeda..

Aku berbeda. Saat anak-anak lain suka bermain bola, kasti, badminton, dll. Aku lebih suka membaca, menulis cerita. Tp dari situlah aku tahu bakatku, bahwa aku suka menulis. Begitu pula alm ayahku yg telah menulis berlembar-lembar buku islami. Sahabat ayahku bilang, bakat ku menulis keturunan dari ayahku. Yah, itu karena aku berbeda..

Aku berbeda. Saat anak-anak suka bermain boneka, rumah-rumahan, tapi hal yg paling kusukai adalah menjelajah alam. Bermain ke kebun-kebun milik orang seharian. Tak peduli panas, sampai tubuhku kumal berdebu, tapi aku suka. Karena saat menjelajah alam, aku  seperti mendapatkan suatu tantangan. Yups, aku suka sekali tantangan.

Aku berbeda. Saat anak-anak lain ketika kecil tumbuh dengan kasih sayang orangtua. Tapi aku sudah ditinggal ayah sejak aku menginjak kelas 6 SD. Aku masih polos, dan belum tahu artinya kehilangan. Yang aku tahu saat ayah meninggal, aku sudah tidak akan bertemu wajah ayah selamanya. Aku tidak akan pernh lagi diajak bermain ke tempat saudara, aku tak akan pernah lagi bisa minta uang jajan pd ayah, dan tak akan pernah lagi diajari peer.

Aku berbeda, saat aku masih belum bisa terlepas dari ibu, aku terpaksa masuk SMP yg berasrama. Aku terpaksa belajar mandiri. Tapi disitulah kutemukan keberuntunganku krn aku pertama kali mendapat beasiswa krn prestasi belajarku.

Aku berbeda, saat aku SMA. Teman-temanku berubah nakal. Tetap ada yg berubah menjadi alim. Dan aku berada di di tengahnya.

Aku berbeda, saat aku kuliah, yg lain sibuk berorganisasi sambil kuliah. Aku harus membagi waktu dengan rumah pula. Aku berbeda, saat Teman-teman megisi waktunya dgn hangout, tapi aku harus menghabiskan waktu di toko, di rumah, ..

Yah aku berbeda, kita berbeda. Krena perbedaan itu istimewa..